Duka Aceh
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh bener
Festival Kota Gadjah Mada
Posted by Wildan Abdurrahman in tentang kota
The Views.
Kadang anda perlu melihat lagi dari sudut pandang yang berbeda sebelum benar-benar menjudge orang-orang yang kalian anggap salah, dan mungkin menurut anda aneh.
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh
Assalamualaikum Ayah, Ibu.
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh bener
Argumen Yang Dibukukan.
Membaca "jendela dunia" itu sama saja dengan mendengarkan org lain berargumen, semuanya belum tentu benar, itu hanya teori dari dasar pemikiran seseorang, dan kitapun sama, bebas berargumen, apalagi menciptakan teori2 baru.
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh
Untuk "kami sendiri".
Maka untuk apa kamu bersama dengannya? Dengan sedikit waktu saja, lalu apa tujuanmu? Senang sekali rasanya kamu mempermainkannya? Dimana hatimu, kawan? Tidakkah kamu berfikir? Dia sama dengan orang yang melahirkanmu, ibumu?
Anak kecil itu, Kita.
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh
Catatan Anak Bujang Kecilmu
09.00 WIB incoming call: Ayah
10.00 WIB incoming call: Ibu
...............................................
Mendengar suaranya yg semakin begetar, ingatan semakin memudar, keriput semakin menyebar. Dimata org, dia, mereka, tak lagi gagah seperti dulu, tak pula lagi cantik seperti dulu. Entah berapa puluh ribu langkah yg menemani harinya untuk sekedar membelikanku nasi, segelas susu hangat agar bujangnya ini tumbuh sehat dan gagah sepeti mereka.
Tak peduli peluh yang mengalir deras dari wajahnya, mereka tetap peduli dengan anak2nya, biarpun sekali, dua, kesalnya meluap karna sikap balita anaknya yg masih sering muncul, tp aku yakin itulah tanda perhatian dan pelajaran yg berharga dari kalian.
Ibu, ayah, jelaskan padaku bagaimana caranya aku membalas kebaikan kalian? Bagaimana agar aku slalu bisa menerbitkan senyum dan tawa bahagia di wajah kalian? Karna sujudku saja mungkin belum cukup. Ya Rahhim, muliakanlah selalu kedua org tua ini, kasihilah mereka selayaknya mereka mengasihiku saat aku kecil dahulu.
Kini, dibalik telfon yg ku genggam, memori indah itu datang lagi, seiring suara yg ku dengar dr seberang sana. Ingin rasanya aku pulang, kuciumi pipi dan tangannya, melepas rindu dan sekedar bersenda gurau bersama. Namun suaramu yg begetar itu yg turut pula menggetarkan hati. Ibu, ayah, kalian tak lagi muda, namun kalian akan terus tetap muda di mata anak bujangmu ini, tetaplah pahlawan bagi anakmu di rantau ini. Panutan yg selalu mengajari banyak hal.
Ibu, ayah, maafkan aku belum bisa membuat kalian bahagia, doakan anakmu ini agar sukses di ranah orang, dan bisa jadi sekuat dan setegar kalian dalam menjalani hidupku kelak. Ibu,ayah, entah bagaimana menyampaikannya, jika ada kata yg lebih bermakna dan berharga dari sayang dan cinta, kata2 itu lah yg akan ku persembahkan pada kalian, dan cukuplah Allah yg paling mengetahui bagaimana cinta dan sayangku untuk kalian.
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh bener
"Tidak Punya Tuhan"
diberi akal saja sudah membangkang
sedikit saja logika yang dia punya sudah berani mempertanyakan Penciptanya
sedikit saja diberikan kelebihan sudah menantang Pemilik-dirinya
secuil saja kenikmatan, kenyamanan sudah paling arogan
ah manusia, bisa apa sih kalian tanpa adanya TUHAN?! Hidup kalian saja tidak bisa kalian buat abadi
ah manusia, mantap sekali sepertinya hati kalian menganggap DIA tidak ada? berfikir dengan cara logika kalian (yang terbatas) itu, bahwa semuanya hanya kebetulan belaka
ah manusia, tidakkah kalian melihat tumbuhan? hewan? tanah?
merasakan udara, air? dan memandangi langit?
semuanya saja tidak pernah berhenti memanggil-manggil nama-Nya.
Hai manusia tak berTUHAN! jika air, tanah, udara, langit, bahkan hewan sekalipun sesungguhnya selalu mengingat Penciptanya, di bagian manakah derajatmu sebagai makhluk yang hidup?
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh bener
My another hometown.
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh
Manusia.
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh bener
Anak Rantau.
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh
Baik.
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh bener
Yang canggih pun ikut jadi sederhana.
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh bener
PKL Canggih
Jadi tadi malem abis ngumpul bareng sama anak2 SMP, muter2 kota nyari tempat yg enak buat ngobrol sekalian makan, berhubung ini masih dalam suasana lebaran, jadi tempat2 makan yang biasanya buka tadi malem masih tutup atau menutupkan diri saya juga g tau.
Posted by Wildan Abdurrahman in tentang kota
Allah itu ADA
Jadi barusan banget g sengaja nemu postingan dari salah satu website kesayangan, simpel banget ceritanya, jadi ceritanya ini co-pas, tapi insyaallah bermanfaat
Posted by Wildan Abdurrahman in renungan
MACET itu kompleks.
Posted by Wildan Abdurrahman in tentang kota
Belajar Pas Naek Motor
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh bener
Hambar
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh
Saya Vs Buku
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh bener
Mood-ik
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh bener
Bingung
Gimana sy bisa menghargai anda? Kalo anda sendiri tdk menghargai anda sendiri
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh
Saya memanggilnya, MAMAH
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh bener
Pagi, Dingin, Gila, Buset, Dahsyat!
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh
Catatan Untuk Hidupku, dan Kamu.
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh
Kenyamanan itu untuk siapa?
Posted by Wildan Abdurrahman in tentang kota
24 jam kah?
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh
Astagfirullah, Astagfirullahaladzim...
Posted by Wildan Abdurrahman in renungan
Bila waktu tlah berakhir
akan dunia yg sementara
bagaimanakah bila semua hilang dan pergi
meninggalkan dirimu
Bagaimanakah bila saatnya
waktu terhenti tak kau sadari
masikah ada jalan bagimu untuk kembali
mengulangkan masa lalu
Dunia dipenuhi dengan hiasan
semua dan segala yg ada akan
kembali padaNya
Bila waktu telah memanggil
teman sejati hanyalah amal
bila waktu telah terhenti
teman sejati tinggallah sepi"
Posted by Wildan Abdurrahman in renungan
"Tenses Kehidupan"
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh bener
Pak Pos.
hahaha, lupakan masalah Solo, sebetulnya di postingan saya kali ini niatnya cuma sharing saja, kebetulan baru saja ada beberapa pencerahan sekaligus bahan renungan. Pak Pos, pengantar surat, dokumen ataupun barang ini ternyata ada baiknya untuk kita contoh, kenapa? bayangkan saja dari pagi sampai sore beliau harus mengirimkan surat ke setiap alamat yang tertera di paket, belum tentu ia tau jalan nya, belum lagi jika alamatnya salah atau mungkin terlalu jauh, walaupun itu memang pekerjaannya namun beliau ikhlas dan amanah dalam menjalankannya, bayangkan saja jika semua pengantar surat (pak pos) bermalas-malasan atau mungkin menganggap semua paket yang dititipkan padanya itu adalah miliknya? tentu sampai kapanpun surat-surat itu takkan sampai ke tujuannya.
Indonesia, negara yang kaya, makmur akan sumber daya alamnya, negara dengan populasi penduduk yang menempati peringkat ke-4 dunia masih saja banyak masalah yang perlu dihadapinya, terlebih lagi, korupsi, pemerintah, pelaku politik, pemilik kepentingan, semuanya sekarang seakan mempunyai stigma bahwa korupsi itu halal, menganggap biasa saja dan lumrah. Dari sini, mengapa kita tidak melihat dari pekerjaan pak pos tadi? bekerja sebagaimana mestinya, melayani masyarakat, tidak mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Kita, baik diri sendiri maupun para pemilik jabatan, seharusnya dapat menjadikan hal ini sebagai bahan renungan, untuk apa semua gelar dan jabatan yang kita miliki? Untuk siapa? Bukankah dengan bermanfaat bagi orang lain, kita akan lebih berguna? dan nama, gelar dan jabatan kita akan lebih bermakna?
Posted by Wildan Abdurrahman in renungan
Pra Kata dan Kota
Posted by Wildan Abdurrahman in ngoceh