They call it, Merlion

30 Juli 2011 0 comments


Singapore | Marina Bay, with it Merlion, and the beautiful skyline behind.

"Tenses Kehidupan"

29 Juli 2011 0 comments

hmm, banyak berdiam diri dirumah ternyata bisa dibilang membosankan juga ya? Tapi hari ini, entah kenapa saya malah tiba-tiba kepikiran tentang kehidupan, mungkin karena hari ini hari Jumat, hari yang berkah, jadi alhamdulillah ada pencerahan.

hmm oke, cuma mau sharing tentang apa yang saya pikirkan, jadi bisa dibilang, manusia itu hidup dalam tiga bagian waktu, sama seperti halnya "tenses" dalam pelajaran bahasa Inggris, Past, Present, dan Future. Manusia akan selalu memiliki masa lalu atau dapat juga kita sebut sebagai sejarah, baik dan buruk masa lalunya tetap merupakan bagian dari dirinya saat ini. Dengan semakin berkembang dan meningkatnya kecerdasan manusia, maka ada masa depan yang harus mereka hadapi, masa depan ini lah yang bisa kita sebut sebagai cita-cita, apa yang kita inginkan, atau mimpi kita


Menurut saya, manusia itu adalah makhluk yang bodoh, tapi cerdas, kenapa? coba kita flashback lagi waktu kita masih bayi, apa kita saat terlahir sudah bisa membaca? sudah bisa bicara? sudah tau mana yang baik dan buruk? tidak bukan? untuk mencapai hal itu semua kita perlu belajar, ibu kita, ayah kita, dan orang-orang di sekitar kita yang mengajari kita agar tidak bodoh. Barulah saat kita sudah mulai bisa mencerna apa-apa yang sudah kita pelajari, kita bisa mengembangkannya mulai mencari keterkaitan antara satu dengan yang lain, oleh karena kecerdasan itu salah satunya kini manusia bisa membuat teknologi semakin maju dan berkembang. 

Kembali lagi pada "Tenses Kehidupan" kita, percaya atau tidak, disadari ataupun tidak, manusia setiap harinya selalu belajar dari sekitarnya, dari apa yang dia baca, lihat dan dia dengar.  Saya percaya untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan, kita harus banyak belajar untuk mendapatkannya, caranya, dan apa-apa saja yang diperlukan, selain itu kita pula sebaiknya menjadikan masa lalu kita sebagai pelajaran, semua hal buruk yang pernah kita lalakukan kita jadikan pembelajaran dan bahan renungan, tidak ada kata terlambat, walaupun penyesalan selalu datang diakhir, kalo didepan namanya pendaftaran (haa??), sehingga nantinya hasil yang dari apa yang sudah kita pelajari adalah tercapainya cita-cita dan mimpi kita, insyaallah. Tidak ada yang sia-sia bukan? kecuali dalam hidup ini kita menganut paham "mitos bengong".


Pak Pos.

26 Juli 2011 0 comments

Siang hari ini cukup panas jika dibandingkan dengan beberapa hari kebelakang di kota kecil yang punya nama Tasikmalaya ini, sudah hampir seminggu saya berada disini, setelah beberapa waktu yang lalu sempat melihat-lihat tata kota di negara tetangga, rasanya sangat jauh sekali berbeda memang, bentuk bangunannya, kondisi jalannya, penataan kotanya, huniannya, dan beberapa hal lainya. "hmmm, ya sudahlah, mungkin saja Indonesia sedang berbenah", pikir saya, Masih di hari ini, Selasa, 26 Juli 2011, sempat pula saya baca berita tentang "panasnya" hubungan antara Gubernur Jawa Tengah dengan Walikota Solo, tentang pembebasan tanah, investor, politik, uang, dan semacamnya. Walikota Solo yang beranggapan pemerintah adalah "pelayan rakyat" pemerintah harusnya lebih melihat ekonomi rakyat sehingga kesejahteraan kota dapat dicapai, semua ada aturannya. Sedangkan Gubernur Jawa Tengah ternyata kurang melihat polemik yang terjadi di kota batik itu, walaupun tujuannya sama, yaitu demi terciptanya pembangunan Jawa Tengah, khususnya Solo yang lebih baik.

hahaha, lupakan masalah Solo, sebetulnya di postingan saya kali ini niatnya cuma sharing saja, kebetulan baru saja ada beberapa pencerahan sekaligus bahan renungan. Pak Pos, pengantar surat, dokumen ataupun barang ini ternyata ada baiknya untuk kita contoh, kenapa? bayangkan saja dari pagi sampai sore beliau harus mengirimkan surat ke setiap alamat yang tertera di paket, belum tentu ia tau jalan nya, belum lagi jika alamatnya salah atau mungkin terlalu jauh, walaupun itu memang pekerjaannya namun beliau ikhlas dan amanah dalam menjalankannya, bayangkan saja jika semua pengantar surat (pak pos) bermalas-malasan atau mungkin menganggap semua paket yang dititipkan padanya itu adalah miliknya? tentu sampai kapanpun surat-surat itu takkan sampai ke tujuannya.

Indonesia, negara yang kaya, makmur akan sumber daya alamnya, negara dengan populasi penduduk yang menempati peringkat ke-4 dunia masih saja banyak masalah yang perlu dihadapinya, terlebih lagi, korupsi, pemerintah, pelaku politik, pemilik kepentingan, semuanya sekarang seakan mempunyai stigma bahwa korupsi itu halal, menganggap biasa saja dan lumrah. Dari sini, mengapa kita tidak melihat dari pekerjaan pak pos tadi? bekerja sebagaimana mestinya, melayani masyarakat, tidak mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Kita, baik diri sendiri maupun para pemilik jabatan, seharusnya dapat menjadikan hal ini sebagai bahan renungan, untuk apa semua gelar dan jabatan yang kita miliki? Untuk siapa? Bukankah dengan bermanfaat bagi orang lain, kita akan lebih berguna? dan nama, gelar dan jabatan kita akan lebih bermakna?

Di-Vertikal-Kan

23 Juli 2011 0 comments

Bumi, tempat tumbuh kembangnya semua makhluk hidup dan segala sarana pendukungnya, baik itu udara, air  dan yang lainnya, mungkin saja saat ini sudah hampir mencapai batas maksimumnya,

Pra Kata dan Kota

19 Juli 2011 0 comments

Alhamdulillah, akhirnya setelah hampir 4 tahun jauh dengan yang namanya Blog, hari ini saya mulai lagi..hehe. 
Pengennya sih redaksinya formal, tapi yah karena saya malah agak aneh dengan yang namanya bahasa formal jadi yah begini saja lah.

Jadi kenapa Blog ini dikasi nama Meine Page.? 
Hmm, karena ini adalah Blog saya, bukan minjem, numpang, ataupun yang lainnya jadi yah dikasi nama ini aja. Sengaja digabung dari 2 bahasa, Jerman sama Inggris soalnya dulu pas SMA pernah belajar B.Jerman juga cm yang paling diinget sampe sekarang cuma beberapa kata aja, salah satunya "meine" = "saya"..hehe maklum SMA masih dalam masa-masa kelam. Terus "Page.", pasti taulah artinya, kecuali kalian yang cinta banget tanah air atau budaya daerah sendiri yang sampe g mau belajar bahasa asing..hehe, oke kata Page(.) kenapa pake tanda titik(.) ? Sebenernya Page. ini salah satu project buku saya kedepannya yang lebih bicara tentang Art, Harmony, sama Photography. Nah karena bukunya sampe sekarang masih dalam proses pengerjaan, jadi saya kasih aja nama blog ini pake kata-kata itu, sekalian pengingat juga kalo lupa, hehe
Oya, dulu, duluuuuu banget pernah bikin blog, karena masih labil dikasi aja namanya "tempatgueidup.blogspot.com" tapi kok sekarang lenyap ya? ah whatever lah 

Yogyakarta, gak kerasa udah mau nginjek tahun ke 3 aja di kota rantau ini, tujuannya cuma 1 si, masa depan yang lebih baik (amin). Disini, gak sengaja kedampar di Perencanaan Wilayah dan Kota, bahasa gaholnya Urban and Regional Planning. Disiplin ilmu ini mempelajari tentang gimana semestinya sebuah kota itu, sehat, dan nyaman bagi masyarakatnya.

4 semester udah lumayan bikin saya mengerti tentang arti kota. Coba kita bikin simpel aja dari prespektif saya sendiri, "kota itu sejatinya adalah ruang, ruang yang bisa menunjang aktifitas masyarakat yang ada didalamnya". Ruang itu tempat, lahan atau semacamnya yang dimiliki oleh kota tersebut,nah ruang itu lah yang seharusnya bisa menampung dan mewadahi aktifitas masyarakatnya, baik itu sebagai tempat tinggal, kerja, rekreasi, dan lainnya, dimana satu dengan yang lainnya saling berhubungan sehingga dari sana akan tercipta kenyamanan. Nah kalo didalem kota tersebut ada sedikit saja masalah yang mengganggu aktifitas masyarakatnya maka dengan sendirinya kenyamanan akan kota tersebut akan menurun dan kalo udah begitu layak kalo kota itu kita vonis segai kota yang "sakit", karena kota tersebut udah mulai kesulitan untuk memberikan pelayanan yang baik untuk masyarakatnya, sedangkan kota tercipta untuk melayani siapa saja yang ada di dalamnya.

hmmmmm.....2 tahun kebelakang ini yang selalu ada di otak kecil, besar, depan, belakang, kiri, dan kanan ini adalah "kota", kota ya? kota....kota...kota....kota...saya ulangi terus kata kota itu, terus sampe saya sendiri kehilangan maknanya.