Di-Vertikal-Kan

23 Juli 2011 0 comments

Bumi, tempat tumbuh kembangnya semua makhluk hidup dan segala sarana pendukungnya, baik itu udara, air  dan yang lainnya, mungkin saja saat ini sudah hampir mencapai batas maksimumnya,
Bumi yang memiliki luas keseluruhan kurang lebih 510.072.000 km², dimana luas daratannya yang hanya 148.940.000 km²  (29,2 %) dan sisanya yaitu perairan yang mencapai 361.132.000 km²  (70,8 %), tidak memiliki sifat dinamis yaitu luas, masa dan bentuk bumi yang tetap dan tidak berubah, hal ini sangat berbanding terbalik dengan segala makhluk hidup yang ada di dalamnya, terlebih lagi, manusia, makhluk hidup tercerdas yang pernah ada di bumi.

Manusia yang sejatinya merupakan makhluk yang hidup didarat kini harus berfikir lebih keras untuk dapat tetap bertahan hidup dengan nyaman di luasan dataran bumi yang makin hari makin terbatas saja. Laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat tiap tahunnya, memaksa ruang yang ada semakin terjepit, terlebih lagi pada ruang terbuka hijau (hutan) yang merupakan salah satu aset terbesar umat manusia yaitu sebagai paru-paru dunia. Menurut lembaga sensus penduduk dunia di Amerika Serikat, hari ini saja penduduk dunia sudah mencapai angka 6.868.638.152 jiwa dan diperkirakan akan menembus angka 7 milyar jiwa pada tahun 2012 nanti,selain itu, Pemanasan Global atau yang lebih kita kenal dengan Global Warming ikut berkontribusi dalam menghantui kelangsungan hidup umat manusia, dengan efek rumah kaca yang terjadi membuat panas  yang terdapat didalam bumi (CO2, dan senyawa karbon lain dari emisi gas buang) dan panas dari luar bumi (Matahari) terperangkap didalam atmosfir bumi dan tidak dapat keluar sehingga membuat suhu di di bumi meningkat, dimana salah satu dampaknya adalah kubah es di kutub Utara dan Selatan  yang mencair sehingga permukaan air laut bumi meningkat.

Bayangkan saja dengan penduduk bumi sebanyak itu dan dengan luas dataran bumi yang semakin sempit akbiat global warming, mau hidup dimana manusia-manusia ini nantinya? Mau dikemanakan lahan-lahan penghasil oksigen (O2) dunia? 

Dengan melihat kondisi yang terjadi saat ini dan 50 tahun silam (pasca revolusi industri), manusia ternyata tidak tinggal diam, mulai berbenah diri,  mulai mencari solusi. “jika tidak memungkinkan untuk pembangunan mendatar, maka kita lakukan vertikal”, mungkin seperti itulah yang ada di pikiran para perencana kota saat itu. Vertikal, ya pembangunan 90 derajat ke atas dan kebawah. Mau tidak mau, demi meneruskan kelangsungan hidup umat manusia, pembangunan kota kini harus sudah di-vertikal-kan. Masyarakat dunia kini harus sudah mulai menyadari hidup dalam dunia dan teknologi yang terus berkembang pasti ada konsekuensinya, ada yang harus mereka tinggalkan, dan ada yang harus mereka biasakan. Masyarakat dunia harus sudah mulai terbiasa dalam suatu “ruang” dimana tetangganya tidak berada di depan atau dibelakang tempat tinggal mereka, namun diatas dan dibawahnya, harus menyadari dan mulai menginggalkan pemikiran bahwa “rumah adalah tempat tinggal dimana harus selalu memiliki halaman”. Sebuah bangunan hunian tinggi yang sering mereka sebut dengan Condominium, Apartment, dan RuSun (Rumah Susun).

Kota-kota di dunia pada perkembangannya mau tidak mau akan mengikuti konsep Skyscrapercity, demi tercapainya efisiensi penggunaan lahan. Vertikal, pada perkembangan selanjutnya pun tidak hanya digunakan sebagai bangunan prioritas manusia saja, namun kini juga sudah mulai dikembangkan Vertical Ecological yang lagi-lagi merupakan cara dimana Green Space disatukan dengan Public Space dalam bentuk bangunan tinggi pencakar langit atau bisa kita sebut sebagai Hutan vertikal yang dimaksudkan agar Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada sebuah kota dapat dimaksimalkan.
 
Terlepas dari berbagai macam konsep dan ide-ide yang berkembang tentang kota dan rekayasanya, manusia harusnya dapat melihat jauh kedepan, mulai bersahabat dengan alam, dan mulai memperhatikan sekitarnya.




Daftar pustaka

0 comments:

Posting Komentar