Titik.

16 November 2011 0 comments

hidup itu,keterkaitan antara titik awal dan akhir,

Catatan Anak Bujang Kecilmu

7 November 2011 0 comments

09.00 WIB incoming call: Ayah
10.00 WIB incoming call: Ibu
...............................................

Mendengar suaranya yg semakin begetar, ingatan semakin memudar, keriput semakin menyebar. Dimata org, dia, mereka, tak lagi gagah seperti dulu, tak pula lagi cantik seperti dulu. Entah berapa puluh ribu langkah yg menemani harinya untuk sekedar membelikanku nasi, segelas susu hangat agar bujangnya ini tumbuh sehat dan gagah sepeti mereka.

Tak peduli peluh yang mengalir deras dari wajahnya, mereka tetap peduli dengan anak2nya, biarpun sekali, dua, kesalnya meluap karna sikap balita anaknya yg masih sering muncul, tp aku yakin itulah tanda perhatian dan pelajaran yg berharga dari kalian.

Ibu, ayah, jelaskan padaku bagaimana caranya aku membalas kebaikan kalian? Bagaimana agar aku slalu bisa menerbitkan senyum dan tawa bahagia di wajah kalian? Karna sujudku saja mungkin belum cukup. Ya Rahhim, muliakanlah selalu kedua org tua ini, kasihilah mereka selayaknya mereka mengasihiku saat aku kecil dahulu.

Kini, dibalik telfon yg ku genggam, memori indah itu datang lagi, seiring suara yg ku dengar dr seberang sana. Ingin rasanya aku pulang, kuciumi pipi dan tangannya, melepas rindu dan sekedar bersenda gurau bersama. Namun suaramu yg begetar itu yg turut pula menggetarkan hati. Ibu, ayah, kalian tak lagi muda, namun kalian akan terus tetap muda di mata anak bujangmu ini, tetaplah pahlawan bagi anakmu di rantau ini. Panutan yg selalu mengajari banyak hal.

Ibu, ayah, maafkan aku belum bisa membuat kalian bahagia, doakan anakmu ini agar sukses di ranah orang, dan bisa jadi sekuat dan setegar kalian dalam menjalani hidupku kelak. Ibu,ayah, entah bagaimana menyampaikannya, jika ada kata yg lebih bermakna dan berharga dari sayang dan cinta, kata2 itu lah yg akan ku persembahkan pada kalian, dan cukuplah Allah yg paling mengetahui bagaimana cinta dan sayangku untuk kalian.