Assalamualaikum Ayah, Ibu.

16 Desember 2011 0 comments

Assalamualaikum yah, bu...

Hampir 3 bulan diperantauan, jauh darimu, jauh dari perhatianmu, sudah cukup membuatku benar-benar rindu dengan ayah, ibu, terutama engkau ibu. Ayah, ibu, taukah kalian? Betapa beruntungnya aku, disetiap kali jarak 225km sudah berhasil ku taklukkan, senyum ayah dan ibu selalu hangat menyapa saat kaki ini sudah tenang menginjak istana kita, peluk dan cium ayah dan ibu selalu saja bisa mengembalikan lagi energi-energiku, yang mungkin sudah berterbangan di perjalanan tadi.

Ayah, ibu, kumohonkan maaf jika di usiaku yg tak lagi muda menurutku, aku belum bisa membawakan apa-apa selain diriku sendiri, aku harap ayah dan ibu mengerti dan sabar kelak kesuksesanku datang, walaupun kalian sudah terlalu banyak mengerti anakmu ini dan juga banyak bersabar untukku. Ayah, ibu, lihat, janggutku sudah tumbuh, kubiarkan panjang, agar bisa kucontoh orang mulia yang membawakan wahyu-wahyu dari Tuhan kita Allah, dialah Muhammad, Manusia Yang Paling Mulia di dunia dan akhirat, kalian pasti tau benar tentang beliau, karna kalian yg mengajarkanku dahulu. 

Ayah, ibu, lihat, aku sudah dewasa, walau mungkin menurut kalian aku tetaplah anakmu seperti dulu, bocah lugu yg belum tau hidup, dan itu tak apa bagiku.

Tapi ayah, kemana suaramu yg gagah itu? Aku rindu, aku juga rindu sinar matamu yg selalu memancarkan semangat saat menatapku. Ayah, aku pilu, bila harus mendengar suaramu begetar sperti itu.

Tapi ibu, ada apa dengan tubuhmu bu? Kenapa kini engkau mulai kurus? Ibu, apakah waktu 3 bulan terlalu cepat untuk memangkas berat badanmu entah kmana? Ibu, aku rindu ibu yg dulu, yang tetap terlihat cantik dengan tubuh ibu yg subur? Ibu, jika saja akupun kehilangan senyummu saat engkau menyapaku, pastilah hati lebih terasa sedih. Ibu, kau yg mengandungku dahulu, maafkan aku jika belum bisa menundukan baktiku untukmu.

Ayah, ibu, tak banyak yang berubah memang dari istana 1930 ini, kecuali penghuninya. Ayah, ibu, seandainya saja waktu tidak berjalan terlalu cepat atau mungkin bisa dihentikan dan diulang, aku mau ayah dan ibu tetap bugar seperti dulu, bercanda lagi di dekat danau atau pasir putih.

Mari ayah, ibu, mari saya ciumi kaki ayah dan ibu, sebagai bakti saya untukmu. Agar kalian tau, betapa saya memuliakan kalian. Mari ayah, ibu, mari saya ciumi tangan dan pipi ayah dan ibu, agar kalian mengerti betapa sayang saya dengan kalian. Mari ayah, ibu, mari saya peluk, agar kalian tau betapa rinduku untuk kalian. Ayah, ibu, doaku untuk kalian, semoga Allah selalu limpahkan karunia, rizki dan hidayahnya untuk kalian, senantiasa memuliakan, dan melambungkan derajat kalian, agar senantiasa kalian dekat denganNya. Amin

Salam sayang tak terperi dari bujangmu.

0 comments:

Posting Komentar