2013, Katanya.

1 Januari 2013 2 comments


Ini kisah tentang jogja, tentang saya, dan cinta.

Cinta, cinta, cinta, sekarang banyak sekali yang mengkerdilkan makna dari cinta. Sepertinya hari ini artinya tak lebih dari aku dan kamu saja, atau, untuk sepasang insan yang saling memuji-memuja, yang sedang bingung dengan perasaannya, entah itu suka, kagum, atau sekedar obssesi semata, dan ah tentu saja, mungkin bingung karena benar-benar cinta?

Tentang Jogja, selalu nyaman dengan budayanya, ya, saya selalu cinta. Ada ciri khas dari kota ini yang tidak akan bisa saya temui di kota lain, entah seberapapun macetnya hari ini, entah seberapa seringnya angin ribut yang terjadi, coba saja kalian tinggal disini, ya, setahun 2 tahun lah, saya rasa kalian pasti mengerti bagaimana rasanya.

Dan saya, siapalah saya? Saya hanya mahasiswa yang bingung dengan mimpi2nya, termajinalkan karena idealismenya sendiri, ah, siapa peduli? Ini hidup saya. Toh saya tidak perlu jadi anda, bukan?

Hari ini malam tahun baru, tahun baru 2013, katanya.

Mungkin hampir 80% warga kota sedang berkumpul di jantung perekonomian Jogjakarta, malioboro. Mulai dari balita, bocah ingusan, dewasa, tua-renta, tak peduli strata sosial yang biasanya saling arogan atau dilecehkan antara satu dengan yang lain, sepertinya tumpah ruah di sana, sama dengan tumpah ruahnya hujan, dimana awan terlalu dermawan belakangan ini. Ruas jalan sempit yang jadi wajah kota jogja itu, malam ini disulap jadi ruang publik terbesar sejogja, murah meriah tak pakai bayar-bayaran tiket yang menyebalkan itu. Malam ini jalan yang fenomenal itu diaktivasi dengan label “car free night”. Fenomena langka memang di kota mungil ini. Semua berpesta, terompet si abang pinnggir jalan tadi sore sekarang sudah hampir rusak lagi karena tiupan dan remasan yang terlalu bersemangat sambut tahun baru.  Ini bentuk cinta, cinta pada harapan, cinta pada masa depan, karena tak sedikit dari mereka yang pergi berdesakan hanya untuk sambut harapan yang akan dibawa oleh tahun 2013. Mungkin. 

Di sudut kota lain, ada yang sedang bercengkrama dengan pasangannya, melewati malam dengan saling cumbu, dengan yang bukan mahramnya. Berita terbaru yang saya baca, penjualan alat kontrasepsi hari ini, ya di hari pergantian tahun ini, meningkat tajam, hampir ludes di pasaran. Di malam yang sebagian orang saling merebut harapan untuk tahun yang lebih baik, ada saja segelintir lagi yang merayakannya dengan birahi. Tentu saja atas nama cinta, cinta yang hina dan busuk.

Lalu saya? Tahun baru ini, apa bedanya dengan tahun yang lalu? Hanya penanda waktu, sama sepeti bulan, minggu dan hari. Lagipula  hidup saya pas-pasan, buat apa berfoya? Lagipula masih banyak tugas kuliah yang saya anggap sakral. Ah iya, dan lagipula saya terlalu cinta dengan kamar 3x3 ini. Diam di kontrakan absurd ini menurut saya lebih baik daripada petantang-petenteng melawan hujan dan berdesak di salah satu sudut kota.

Barusan saja saya selesai makan dari warung indomie, orang sini biasa memanggilnya burjo, bubur kacang ijo, karena biasanya hampir disetiap warung sejenis ini menyuguhkan makanan bubur kacang ijo. Saya tau penjualnya termasuk orang yang religius, dia tidak sependapat dengan perayaan arogansi tahun baru semacam ini. Yang membuat saya termenung bukan karena penolakannya dengan pesta raya tahun baru. Tapi guyonannya. Begini katanya, “wih, manusia mah pesta tahun baru pake kembang api, untung malaikat gak ikut-ikutan pesta tahun baru, gak maenan petir”. Benar juga, manusia membakar langit dengan manipulasi mesiu nya, berharap keindahannya bisa menyaingi bintang, tapi apa jadinya kalau malaikat ikut merayakannya dengan membakar bumi lewat pesta halilintar? Bagaimana jika malaikat yang berpesta meniup terompet sangkakalanya?

Hari ini ada pro dan kontra, tentang pestapora perayaan malam tahun baru atau merenung di kamar gelap. Saya memilih yang kedua, dan anda tak perlu ikuti saya, saya tak perlu jadi anda.


2 comments:

Anonim mengatakan...

Bener bro. Tapi tidak apa-apa untuk segelintir orang yang mungkin hanya bisa menyempatkan waktunya hanya untuk hari ini. Dan memang sebaiknya merenung, bercumbu dengan Allah :)

Wildan Abdurrahman mengatakan...

:D tentu saja, bukankah Dia juga Maha Pencemburu? salam :)

Posting Komentar