Permainan Usang Pemuda Tua.

27 Januari 2013 0 comments


http://icalanakbaik.files.wordpress.com
Pemuda tua itu adalah saya bersama dengan semua pemuda-pemudi yang kebetulan lahir direntang tahun 1989-1992 dan sempat merasakan masa kanak-kanaknya di sekitaran tahun 1995 hingga akhir 1999. Saat semuanya belum terlalu begitu hiruk pikuk, sisi-sisi kota masih mau bersahabat dengan para pejalan kaki dan pengguna transportasi gowes. Ada banyak kegiatan yang selalu bisa mempertemukan tawa diantara kami anak kecil diwaktu itu yang selalu rindu bermain.  Tidak perlu merogoh kocek yang terlalu dalam untuk bisa membuat kami senang dan bisa tertawa sepuasnya. Hanya perlu setumpuk karet gelang, atau satu buah layangan, atau beberapa buah kelereng, atau bahkan bambu untuk membuat kita bisa menjadi sedikit lebih tinggi. Banyak sekali permainan tradisional yang membuat anak kecil waktu itu bisa menciptakan dunia baru bersama-sama dengan teman-teman akrabnya, bukan menciptakan dunia permainan yang baru untuk anak per anak saja.

Ada juga nama permainan yang biasa kami sebut dengan petak umpet. Untuk bocah seusia kami waktu itu, tentu permainan ini adalah permainan yang memacu adrenalin cukup tinggi, satu orang menghitung mundur sembari menjaga pos dan mencari teman-teman lain, sedangkan beberapa anak bersembunyi seenaknya yang penting tidak bisa ketemu. Ada juga balap karung, permainan murah meriah yang memanfaatkan karung bekas sebagai pengganti “sandal” bagi para pemainnya, saling balapan mencapai garis akhir.

Ada banyak sekali permainan –permainan tradisional yang mungkin sudah usang ditelan majunya teknologi peradaban. Masa kecil anak-anak perkotaan yang tumbuh dengan perangkat-perangkat serba modern mungkin tidak sempat berkenalan dengan permainan-permainan mengasyikan ini. Sedihnya hari ini adalah dimana masa anak-anak sudah jarang sekali diperkenalkan dengan permainan dari budaya asli negaranya. Lomba-lomba balap karung itu sudah berganti menjadi tempat-tempat rental perangkat permainan modern nan canggih, permainan bola kaki dan kelereng sudah berpindah pada gadget portable yang lebih mudah memberi kesenangan dimana saja. 

Jika kita coba telisik, salah satu faktor yang turut membantu percepatan punahnya permainan tradisional ini adalah karena semakin hilangnya lahan-lahan terbuka (lapangan) yang biasa dijadikan tempat bermain dan berkreasi anak-anak mungil penerus bangsa. Gencarnya arus pembangunan, membuat masyarakat dibawahnya terpaksa "mengangguk" untuk setiap alih fungsi lahan yang ada disekitarnya. Akibatnya orang tua kebingungan untuk memberi asupan hiburan dan permainan untuk buah hatinya. Anak-anak sama bingungnya dengan orang tua, di masa-masa kanak-kanak yang merupakan masanya bermain, berdiam diri merupakan suatu kesulitan yang luar biasa bagi mereka. Lahan terbuka, selain sebagai area resapan air hujan yang baik juga merupakan faktor kunci lestarinya permainan-permainan yang menurut sebagian orang sudah usang ini, disamping itu pula adanya lapangan sebagai ruang publik mampu mendorong dan menciptakan kreativitas yang ada dalam lingkungan tersebut. Dari miskinnya lahan bermain yang tersedia maka akhirnya mereka mencari pilihan permainan yang lain, tentu saja dalam hal ini adalah rental-rental perangkat game yang modern.

Sudah terlalu banyak lahan-lahan milik masyarakat yang berubah menjadi tumpukan perkerasan semen dan pasir. Di salah satu kota besar tanah air, pernah saya dapati ada beberapa anak-anak mungil yang masih penasaran bermain bola dan kelereng sampai-sampai harus memakai lahan basement parkir bangunan komersil, main kucing-kucingan dengan penjaganya, walaupun mereka tetap tertawa karena ulahnya, namun tentu hal ini merupakan sesuatu yang memprihatinkan.

Seandainya kita bisa pertahankan beberapa lahan di perkotaan untuk dijadikan lapangan sebagai ruang khalayak, memberi fasilitas untuk saling berinteraksi secara nyata, maka selain ikut membantu melestarikan permainan tradisional yang hampir punah dan terasingkan, kita juga berharap dapat meredam sifat-sifat individualisme masyarakat, sehingga dalam satu lingkungan tersebut masyarakat yang ada didalamnya bisa saling kenal saling paham dan saling memiliki agar dapat tercipta lingkungan yang guyub.

Permainan tradisional menjadi usang karena generasi penerusnya sudah lama sekali melupakannya, sudah waktunya kita kampanyekan kembali permainan-permainan klasik khas nusantara yang pernah memperindah hari-hari muda kita dahulu.

0 comments:

Posting Komentar