22 tahun yang lalu, tgl 14 tepat di hari yang sama, senin,
dan sedikit lagi menuju dini hari, 23.35 WIB, menurut legenda keluarga, saya
dilahirkan dengan keadaan leher terbelit tali pusar.
Sudah sejauh ini, tidak lagi seperti mereka anak SMA yang “muda”,
bukan lagi saatnya berjalan dengan kepala terangkat menantang. Semakin
bertambah usia, tak berguna pula ilmu jika hanya dikonsumsi pribadi.
Waktunya terus merunduk, lebih lagi berhati-hati entah itu
untuk melangkah atau melompat. Bukan lagi berfikir bagaimana nanti kita bisa “mencipta”
dunia kita sendiri, tapi menimbang-nimbang kira-kira akan kemana jika kita
meninggalkan dunia. tak ada yang perlu dibanggakan dengan bertambahnya usia,
untuk apa berpesta pora kalau sisa hidup semakin berkurang, sedang kita tak
mengerti, sudah baik atau belumkah kualitas hidup yang sudah dijalani?
Bertambah usia, artinya semakin dekat perjalanan menuju
Pencipta. Tentang hebatnya sakaratul maut, tentang sempitnya liang lahat, tentang
pertanyaan yang menggetarkan, tentang kebangkitan, tentang mahsyar, tentang
hisab, tentang jembatan tajam setipis 1 helai rambut yang dibelah jadi 7, tentang
surga dan neraka, tentang pembalasan. Sudahkah kita bersiap?
0 comments:
Posting Komentar