Hari ini….ah, lebih tepatnya kemarin, adalah hari yang suram, memangnya tidak menyebalkan harus memutuskan sesuatu di waktu yang
sempit dan rumit?
Tentang kesempatan, tapi memang adakalanya kita harus
memilih, peluang mana yang paling mungkin disusupi. Tidak bisa atau mungkin
tidak boleh untuk serakah. Ambil salah satu tapi anda fokus, atau ambil
keduanya tapi kelak keduanya bisa membunuh anda, membuat anda harus
mempersiapkannya lagi semuanya dari awal. Pilih mana?
Ah, tak apalah, bagi saya satu-satunya kesempatan yang tidak
bisa diulang adalah hidup. Selebihnya berulang. Dan karena saya percaya,
kesempatan dalam hidup memang tidak datang dua kali, tapi berkali-kali. Karena menjudge
kesempatan-kesempatan dalam hidup (bukan kesempatan hidup) itu tak datang dua
kali, sama saja halnya dengan menyuruh kita berputus asa. Bagaimana menurutmu?
Mengorbankan mimpi, lantas apakah mimpi saya berhenti? Tentu
saja tidak, merelakannya sebagai batu pijakan sepertinya bisa jadi alasan untuk
tetap menjaga mimpi-mimpi itu tetap hidup. Dan bukan pula alasan untuk mengubur
semangat.
Toh kita yang usaha, tapi masa depan bukan kita yang pegang.
Seberapapun usahanya, kalau belum waktunya ya tetap saja usaha namanya. Apa salah
kalau saya bilang bahwa kesempatan ada karena ada usaha-usaha dengan tujuan
yang sama, yang terus dilakukan secara berulang? Itulah mengapa saya menolak pemikiran
bahwa kesempatan itu datangnya hanya sekali (kecuali kesempatan hidup).
Dalam ilmu transendental yang imani, ada yang namanya
ikhtiar, bahasa lain ketika usaha dan doa sudah mencapai batas maksimalnya,
maka hal terakhirnya adalah pasrah. Manusia hanya merencanakan, Dia yang
menentukan. Belum "jodoh"nya.
wallahu a'lam bish shawab
0 comments:
Posting Komentar