Tentang 2.

3 Januari 2013 0 comments


Hari ini….ah, lebih tepatnya kemarin, adalah hari yang suram, memangnya tidak menyebalkan harus memutuskan sesuatu di waktu yang sempit dan rumit?

Perihal mimpi memang, tapi juga tentang realitas. Diantara dua pilihan, dan sekali lagi ini bukan masalah cinta-cintaan yang pasang-pasangan. Jodoh, memangnya cuma perkara lawan jenis melulu? Ini tentang dua pilihan yang berimbang baik masalahnya, dan baik potensinya. Sama-sama menggiurkan, sama-sama menawarkan masa depan, dan, sama-sama tentang impian.

Tentang kesempatan, tapi memang adakalanya kita harus memilih, peluang mana yang paling mungkin disusupi. Tidak bisa atau mungkin tidak boleh untuk serakah. Ambil salah satu tapi anda fokus, atau ambil keduanya tapi kelak keduanya bisa membunuh anda, membuat anda harus mempersiapkannya lagi semuanya dari awal. Pilih mana?

Ah, tak apalah, bagi saya satu-satunya kesempatan yang tidak bisa diulang adalah hidup. Selebihnya berulang. Dan karena saya percaya, kesempatan dalam hidup memang tidak datang dua kali, tapi berkali-kali. Karena menjudge kesempatan-kesempatan dalam hidup (bukan kesempatan hidup) itu tak datang dua kali, sama saja halnya dengan menyuruh kita berputus asa. Bagaimana menurutmu?

Mengorbankan mimpi, lantas apakah mimpi saya berhenti? Tentu saja tidak, merelakannya sebagai batu pijakan sepertinya bisa jadi alasan untuk tetap menjaga mimpi-mimpi itu tetap hidup. Dan bukan pula alasan untuk mengubur semangat.

Toh kita yang usaha, tapi masa depan bukan kita yang pegang. Seberapapun usahanya, kalau belum waktunya ya tetap saja usaha namanya. Apa salah kalau saya bilang bahwa kesempatan ada karena ada usaha-usaha dengan tujuan yang sama, yang terus dilakukan secara berulang? Itulah mengapa saya menolak pemikiran bahwa kesempatan itu datangnya hanya sekali (kecuali kesempatan hidup).

Dalam ilmu transendental yang imani, ada yang namanya ikhtiar, bahasa lain ketika usaha dan doa sudah mencapai batas maksimalnya, maka hal terakhirnya adalah pasrah. Manusia hanya merencanakan, Dia yang menentukan. Belum "jodoh"nya.

wallahu a'lam bish shawab

0 comments:

Posting Komentar