Babakan Siliwangi World City Forest.

4 Januari 2013 0 comments

Babakan Siliwangi, merupakan hutan kota dengan luas 3,8 hektar yang terletak di jantung Kota Bandung, yang mana pada tanggal 27 September 2011 lalu bekerja sama dengan UNEP dan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), telah diresmikan menjadi Hutan Kota Dunia (World City Forest). Peresmian Babakan Siliwangi menjadi kawasan preservasi merupakan sebuah proses yang panjang dari  rentetan aksi para aktivis lingkungan yang terus memperjuangkan ruang terbuka hijau agar tidak tergusur oleh gencarnya pembangunan. 

Kota Bandung yang dapat dikategorikan sebagai kota metropolitan, dalam perkembangannya sangat gemar untuk menghidupkan lahan-lahan tidur menjadi lahan terbangun yang dinilai lebih menguntungkan dari segi ekonomi. Semakin banyaknya lahan terbangun dan semakin sempitnya area resapan air di Kota Bandung mengakibatkan banyaknya permasalahan-permasalahan yang akhirnya  selalu meng”kambing hitam”kan fenomena alam sebagai dalang utamanya. Beberapa masalah yang sering dihadapi adalah banjir yang selalu setia datang saat musim penghujan turun, disamping itu, masalah lainnya adalah semakin banyaknya kendaraan bermotor dan semakin sedikitnya tanaman hijau di daerah perkotaan turut menciptakan suhu Kota Bandung menjadi semakin panas. Maka Babakan Siliwangi yang merupakan asset untuk generasi yang akan datang, dinilai harus dijaga dan dilindungi kelestariannya untuk dapat menciptakan keseimbangan alam di  Kota Bandung.

Sejak zaman kolonialisme, kawasan hutan kota Babakan Siliwangi merupakan kawasan yang selalu diperebutkan oleh pemilik modal dan pemerintah untuk dapat memberikan pemasukan (income) secara riil bagi pendapatan daerah, namun selalu bertentangan dengan masyarakat.  Puncak dari legitnya persoalan dalam menjadikan kawasan hutan kota Babakan Siliwangi tersebut sebagai area preservasi mulai mencuat lagi pada tahun 2008, saat adanya rencana untuk membangun sebuah bangunan komersil di kawasan Babakan Siliwangi. Hal ini langsung mendapat respon negatif dari para pemerhati dan aktivis lingkungan di Kota Bandung. Langkah yang kemudian diambil oleh para aktivis ini adalah dengan melakukan petisi. Setelah mendapat dukungan yang banyak dan juga dengan menjalin kerjasama dengan beberapa organisasi pemerhati lingkungan baik dalam maupun luar negeri, maka barulah usulan untuk merubah kawasan Babakan Siliwangi menjadi kawasan preservasi mulai diajukan kepada pemerintah Kota. Suksesnya kawasan hutan kota Babakan Siliwangi dijadikan sebagai area preservasi dengan menyematkan label World City Forest, merupakan salah satu upaya yang menjunjung etika berkehidupan yang melibatkan lingkungan. 

Dalam melangsungkan peradabannya, manusia sudah terlalu lama menggunakan teori antroposentris dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan demi kebutuhan hidupnya, sedangkan alam sering diposisikan hanya sebatas objek eksploitasi untuk keperluan manusia. Hal ini yang kemudian menciptakan ketidak-seimbangan alam sehingga sering menjadi permasalahan pelik yang harus dihadapi oleh manusia, yaitu saat alam sedang melakukan siklus alamiahnya, namun manusia belum siap dalam mengantisipasinya sehingga kita mengenalnya dengan sebutan “bencana alam”. 

Teori biosentris “land ethic” yang dicetuskan oleh Aldo Leopold merupakan cara untuk dapat hidup selaras dengan alam dari pemikiran bahwa setiap organisme adalah makhluk hidup, sama halnya dengan lahan untuk tempat tinggal. Lahan merupakan bagian dari bumi dimana setiap keberlangsungan kehidupan bergantung padanya. Oleh karena itu kita perlu etika dalam memanfaatkan lahan agar tidak terjadi benturan antara siklus alam dengan kegiatan manusia. Pandangan ini sejalan dengan pemikiran James Lovelock yang menlihat bahwa bumi merupakan kumpulan dari bagian-bagian organisme yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, sehingga setiap ciptaan (makhluk hidup) pantas mendapatkan hak dan tanggung jawab moral karena kehidupan merupakan inti pokok dari perhatian moral. 

Berkaca pada etika lingkungan yang saat ini mulai dipropagandakan, maka kegiatan yang dilakukan oleh para aktivis lingkungan di Kota Bandung dalam membantu peresmian Babakan Siliwangi sebagai hutan kota dunia merupakan langkah awal yang baik untuk menjadikan lingkungan alam sebagai “teman” dalam kehidupan, dan bukan lagi sebagai “jongos” dalam pembangunan.



Sebuah artikel, sebagai salah satu tugas dari  matakuliah Etika Perencanaan, Perencanaan Wilayah dan Kota - Universitas Gadjah Mada 2012

0 comments:

Posting Komentar