Memulai hari dengan membuka mata, sepertinya semua sepakat,
namun ada pula yg tetap menutup matanya, cara lain dari segelitir orang untuk
memulai harinya, tetapi tetap saja esensinya adalah terjaga, bangun dari
lelapnya.
Bicara perbedaan yang sering disorot begitu tajam,
sepertinya kita terlalu sibuk dengan kata yang satu ini, entah berapa banyak
gesekan sosial yang terjadi hanya karena mengkambing hitamkan perbedaan. Mulai dari
agama, ras, suku, dan golongan, sampai dengan perbedaan raga, tidak sedikit
darinya yang saling sinis melihat satu dengan yang lain sebagai pembeda dalam
arti yang terlalu jauh berseberangan atau bisa jadi dianggap sebagai ancaman. Perbedaan
adalah sebuah keniscayaan. Apa betul
benar-benar ada yang sama sekali serupa antara satu hal dengan yang lainnya di
bumi ini dalam tingkat yang paling detil sekalipun? Sepertinya saya ragu. Bahkan
dalam baju seragam yang kerap kita gunakan untuk perihal formal saja, malahan dari
satu penjahit yang sama, kita tidaklah benar-benar sama. Bagaimana mungkin
seragam kita bisa benar-benar sama dengan yang lainnya jika ukuran dari
masing-masing pemakainya saja sudah berbeda? Kalaulah tidak ada yang berbeda, bukankah
jadi memusingkan jika semua wajah kita sama dengan yang lainnya? Badan kita
sama dengan yang lainnya? Pemikiran kita sama dengan yang lainnya? Bayangkan saja
dengan rutinitas kita sehari-hari kalau berulang itu-itu saja, tidak ada
bedanya dengan hari kemarin, bukankah membosankan? Jadi kenapa terlalu
mempermasalahkan perbedaan jikalau dari lahir saja kita sudah berbeda?
Belajar dari alam, coba kita lihat bentang lahan alamiah
yang seringkali jadi obat ampuh membunuh rasa bosan kita akibat terlalu lama tinggal
dalam “hutan beton”, coba kita lihat detilnya, tdk ada yg benar-benar sama
dalam tiap lekuk perbukitannya, pohon-pohon penyusun “karpet hijau”nya saja
berbeda satu dengan yang lainnya, bahkan batang, ranting dan daunnya tidak ada
yg benar-benar sama dalam ukuran dan bahkan warnanya, namun semuanya jadi
harmonis melengkapi, bukan saling meniadakan.
Jika kita mencari persamaan karena benci perbedaan, maka
tidak ada yang kita dapati dari persamaan itu selain bahwa kita, sama-sama
berbeda. Perbedaan hadir agar kita saling melengkapi satu dengan yang lain,
menutupi kekurangannya, menciptakan keindahan dari keterpaduannya. Kalaulah kita
benci perbedaan, mungkin kita tidak akan pernah tau dunia dan seisinya, karena
mungkin orang tua kita tidak akan melahirkan kita dari perbedaan jenis antara
keduanya. Perbedaan menyadarkan kita bahwa betapa jauhnya kita dari
kesempurnaan, maka dengan bersama perbedaan-perbedaan yang lain itulah kita bisa
mendekati kesempurnaan, saling menutupi, saling berbagi dan saling mengisi.
Bukan lagi saling meninju, tapi saling merangkul. Bukan lagi
saling bersiteru tapi saling tersenyum.
Dan tidakkah kita berfikir, alat musik pun butuh perbedaan
agar bisa jadi nada yg harmonis dan mengagumkan?
0 comments:
Posting Komentar