Kambing Hitam Perbedaan.

26 Januari 2013 0 comments

Memulai hari dengan membuka mata, sepertinya semua sepakat, namun ada pula yg tetap menutup matanya, cara lain dari segelitir orang untuk memulai harinya, tetapi tetap saja esensinya adalah terjaga, bangun dari lelapnya.

Bicara perbedaan yang sering disorot begitu tajam, sepertinya kita terlalu sibuk dengan kata yang satu ini, entah berapa banyak gesekan sosial yang terjadi hanya karena mengkambing hitamkan perbedaan. Mulai dari agama, ras, suku, dan golongan, sampai dengan perbedaan raga, tidak sedikit darinya yang saling sinis melihat satu dengan yang lain sebagai pembeda dalam arti yang terlalu jauh berseberangan atau bisa jadi dianggap sebagai ancaman. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan.  Apa betul benar-benar ada yang sama sekali serupa antara satu hal dengan yang lainnya di bumi ini dalam tingkat yang paling detil sekalipun? Sepertinya saya ragu. Bahkan dalam baju seragam yang kerap kita gunakan untuk perihal formal saja, malahan dari satu penjahit yang sama, kita tidaklah benar-benar sama. Bagaimana mungkin seragam kita bisa benar-benar sama dengan yang lainnya jika ukuran dari masing-masing pemakainya saja sudah berbeda? Kalaulah tidak ada yang berbeda, bukankah jadi memusingkan jika semua wajah kita sama dengan yang lainnya? Badan kita sama dengan yang lainnya? Pemikiran kita sama dengan yang lainnya? Bayangkan saja dengan rutinitas kita sehari-hari kalau berulang itu-itu saja, tidak ada bedanya dengan hari kemarin, bukankah membosankan? Jadi kenapa terlalu mempermasalahkan perbedaan jikalau dari lahir saja kita sudah berbeda?

Belajar dari alam, coba kita lihat bentang lahan alamiah yang seringkali jadi obat ampuh membunuh rasa bosan kita akibat terlalu lama tinggal dalam “hutan beton”, coba kita lihat detilnya, tdk ada yg benar-benar sama dalam tiap lekuk perbukitannya, pohon-pohon penyusun “karpet hijau”nya saja berbeda satu dengan yang lainnya, bahkan batang, ranting dan daunnya tidak ada yg benar-benar sama dalam ukuran dan bahkan warnanya, namun semuanya jadi harmonis melengkapi, bukan saling meniadakan.

Jika kita mencari persamaan karena benci perbedaan, maka tidak ada yang kita dapati dari persamaan itu selain bahwa kita, sama-sama berbeda. Perbedaan hadir agar kita saling melengkapi satu dengan yang lain, menutupi kekurangannya, menciptakan keindahan dari keterpaduannya. Kalaulah kita benci perbedaan, mungkin kita tidak akan pernah tau dunia dan seisinya, karena mungkin orang tua kita tidak akan melahirkan kita dari perbedaan jenis antara keduanya. Perbedaan menyadarkan kita bahwa betapa jauhnya kita dari kesempurnaan, maka dengan bersama perbedaan-perbedaan yang lain itulah kita bisa mendekati kesempurnaan, saling menutupi, saling berbagi dan saling mengisi.

Bukan lagi saling meninju, tapi saling merangkul. Bukan lagi saling bersiteru tapi saling tersenyum.

Dan tidakkah kita berfikir, alat musik pun butuh perbedaan agar bisa jadi nada yg harmonis dan mengagumkan?

0 comments:

Posting Komentar