Seburuk-buruk dan terkutuknya syetan, masih ada sisi lain yang bisa kita ambil pelajaran darinya. Yaitu tentang konsistensi dengan “janji
menjadi sesat” pada Tuhannya.
Janji untuk sesatkan anak cucu Adam, yang terpaten dalam
kitab Suci-Nya. Menyesatkan manusia hingga tibanya hari kiamat, memangnya bukan
perkara yang melelahkan?
Dari sana, setidaknya kita bisa belajar, tentang sebuah
konsistensi untuk tidak lekas berputus asa, menjadi cerdas, pintar, dan menjaga harga
diri dihadapan-Nya dan sebagai makhluk-Nya.
Kala janji yang kita buat, malah kita ingkari sendiri, bukan
lagi “apa kata dunia”, tapi “apa kata Tuhan?”
Dan sedangkan syetan, sesatkan manusia adalah demi kemuliaan
dan kesucian Tuhannya.
Mengutuknya, adalah titah kitab Tuhan, tentunya merupakan sebuah kewajiban.
Tapi sungguh dari apa yang Tuhan ciptakan selalu ada pelajaran didalamnya, meskipun
dari makhluk yang paling dikutuk di alam raya, syetan.
Sebuah postingan lama, yang lupa dipublikasikan. Inspirasi dari:
Efha, Aang. 2011. Akulah Setan, Anda Siapa? Pledoi Setan atas Kesesatannya. Yogyakarta. Pustaka Pesantren
Djibran, Fahd. 2011. Yang Galau Yang Meracau. Curhat (Tuan) Setan. Jakarta. Kurniaesa Publishing
Sebuah postingan lama, yang lupa dipublikasikan. Inspirasi dari:
Efha, Aang. 2011. Akulah Setan, Anda Siapa? Pledoi Setan atas Kesesatannya. Yogyakarta. Pustaka Pesantren
Djibran, Fahd. 2011. Yang Galau Yang Meracau. Curhat (Tuan) Setan. Jakarta. Kurniaesa Publishing
0 comments:
Posting Komentar