Sekilas Surabaya : Perkenalan Kedua

5 Februari 2012 0 comments

Kadang-kadang butuh refresing, oke tulisan kali ini gak terlalu formal deh yak, hehe.



Gak kerasa udah 2 minggu diem di Suro-boyo, kalo tempo haro maon ko koto....ini kenapa jadi "o" semua gini sih? oke diulang...., kalo tempo hari main ke kota yang punya suhu udara rata-rata kurang lebih 30-40 derajat celcius ini buat beneran main, sekarang urusannya buat melaksanakan "titah" kampus yang harus diejawantahkan (haha, berlebihan memang). Berangkat sabtu sore dari Kota Pelajar, sampe di Kota Pahlawan sekitaran jam 1an, 2an, ah lupa lagi, yang jelas tengah malam. Dan tak lupa syukur Alhamdulillah, Allah masih mengizinkan pribadi ini dan pribadi-pribadi lain yang berada dalam 1 mobil yang sama, masih diberi kesempatan dan kenikmatan bernafas dan bernyawa, setelah melalui insiden kecil dalam perjalanan.



Jadi waktu udah nyampe di bibir kota, tiba-tiba pengen aja nanya (lagi) ttg apa yg terkenal di Surabaya ini, dan si-yang-punya-kota alias tuan-tanah alias orang-pribumi-asli cerita (lagi) tentang doli, yak, gang doli. Gang yang harusnya para blogger juga udah pada tau tentang gang kontroversial yang satu ini. Malam itu saya dan yang lain diajak ke sana (tapi bukan untuk hal yang aneh-aneh ya guys! FIX BUKAN!!), cuma buat nunjukin gimana bentukannya. Jadi sang pribumi yang punya badan besar ini (hehe, piss brow) ngejelasin dengan lengkap gimana sejarahnya dan kenapa bisa sampe subur gitu "usaha"nya.

Jadi, sejarahnya yang saya tangkap dari sang-pribumi ini, Doli sendiri itu adalah nama Nonik Belanda, ya, ini sudah sangat lamaaaaaaaaaaaaaa sekali, dikawasan ini beliau dulu hidup, memang sudah bekerja menjadi penjaja diri, lambat laun dia yang menduduki posisi sebagai makelarnya, yang mempekerjakan gadis-gadis pribumi untuk "usaha"nya ini, dari sanalah nama Doli itu sendiri berasal. Sedangkan untuk tempatnya, gang Doli sendiri adalah gang yang berada di dalam jalan Jarak (daerah dan nama kawasannya saya lupa lagi). Terusss gimana suasananya?? Kalo  liat suasananya, langsung keinget Belanda, kenapa? Karna cara mereka "jualan"nya hampir-hampir mirip. Para penjaja-diri seperti dipajang di etalase, selanjutnya pengunjung yang akan memilih yg mana. Astagfirullah, naudzubillahimindzalik!

Lalu kenapa kawasan Doli ini bisa "subur" dan "makmur" seperti sekarang? Jawabannya siapa lagi kalo bukan pemerintah? Doli dianggap memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan daerah, entah atas dasar apa pemikirannya, uang dari hasil perbuatan maksiat itu bisa sangat berguna untuk pembangunan dan dianggap halal, tapi ini bener-bener terjadi.

Oke, ganti topik, gantee topeeeeeekkkkkkk, karna bidang pendidikan yang lagi saya ambil sekarang adalah tentang kota, bicara tentang kota Surabaya sendiri, tata ruang kota dan kerapihannya bisa diacungi jempol jika dibandingkan dengan Jakarta, walaupun bukan berarti sempurna, masih tetap saja dijumpai kawasan kumuhnya di beberapa sudut kota. Jalur pedestrian yang lebar dan nyaman (menurut saya nyaman) di bagian dalam kota merupakan hal yang paling masuk akal buat numbuhin rasa cinta jalan kaki untuk masyarakatnya, yak, hemat energi. Ngomongin hemat energi, ada 1 yang disayangkan dari kerapihan dan keindahan kota Suroboyo ini, g ada jalur sepeda broooo, padahal di kota ini udah banyak banget komunitas pencinta sepeda, ibaratnya mulai dari sepeda roda 3 sampe roda truk (heheh, ya kali roda truk). Di kota ini RTH (Ruang Terbuka Hijau)-nya pada lebar-lebar loooo, terus taman-taman kota juga dihiasnya gak setengah-setengah, soalnya ada dari pejabat kota ini yang pernah jadi "expert" di dinas taman dan perkebunan, jadi wajar kalo tata tanamannya cukup menawan.
 




Begitu juga dari segi kuliner, disini ternyata banyak banget yang jual bebek. Sang-pribumi selalu ngajak makan bebek kalo maen ke kota ini, emang ajib sih, pake bumbu kuning, yang gurih-gurih gimanaaaaa gitu..hehe, tapi sejauh ini saya setuju dengan sang-pribumi kalo bebek yang paling enak itu "bebek canggih", fix, itu enak banget!! gak cuma bebek banyak kok masakan lain yang enak-enak di sini, ada mie ayam porsi "gudang", banyak banget dan tentu saja rasanya wuenak'e puol, ada juga gado-gado, ah banyak lah pokoknya, susah absennya kalo disebutin satu-satu. Diem di kota ini dari awal sampe sekarang bawaannya laper terus, gak tau kenapa, hehe.






Sedikit berceloteh disaat tugas numpuk, oke lahh, untuk Sekilas Surabaya edisi perkenalan ke-2 ini dicukupkan sekian. Tapi kota manapun yang kamu singgahi, tidak akan ada kota yang lebih nyaman daripada kotamu sendiri.

0 comments:

Posting Komentar