(baca Sebuah Pemikiran (3))
Meminjam bait lagu Dewa 19, hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti adalah benar adanya. Hidup merupakan perjuangan dalam bentuk apa saja, namun jika dikaitkan dengan khidupan beragama, perjuangan menyebarkan dan menegakkan panji-panji agama lebih sering dipahami sebagai perjuangan dalam bentuk peperangan dengan umat kafir. Berbeda dengan masa lalu, maka berbeda pula dengan hari ini. Konsepsi peperangan dalam menyebarkan dan menegakkan panji agama (Islam) hari ini bukan lagi tentang peperangan secara fisik dengan angkat senjata dan turun ke medan laga.
Umat kafirin sadar betul dengan kekuatan kaum muslim apalagi dalam perang secara fisiknya atas nama jihad, tidak akan mampu mereka kalahkan. Maka hari ini, umat kafir memutar balik taktiknya untuk menyerang umat muslim dengan pemikiran-pemikiran yang mereka “dikte”kan. Karena dengan perang pemikiran semacam ini, orang kafir dapat dengan mudah memecah belah kesatuan umat muslim, sangat mudah menjauhkan kehidupan atas tuntunan Al-Qur’an dan Hadist yang padahal membuat kuat umat muslim itu sendiri. Nilai-nilai rohaniah dengan substansi Islam sengaja dijauhkan dari kehidupan sehari-hari, diganti dengan budaya barat yang penuh dengan kebebasan, memprioritaskan hak tanpa peduli dengan kewajiban.
Dalam perang yang ditantangkan kepada umat muslim hari ini
adalah perang dalam bentuk pemikiran juga inovasi, sehingga umat muslim
seharusnya tidaklah terlalu mengindahkan hal-hal yang sebetulnya tidak akan
menjatuhkan umat muslim itu sendiri jikalau umat muslim itu taat dengan
ajarannya. Walaupun sebaiknya kita care,
namun tidak perlu terlalu berlebihan dalam menanggapi pemberitaan media yang menfitnah dan
merendahkan Islam, kalau memang tidak benar adanya.
Adapun yang harus kita lakukan sekarang adalah dengan mengubah
kebiasaan kita, mulai lagi mengkaji ilmu agama, membaca lagi sejarah, dan
memperbaiki iman, aktif dalam diskusi keagamaan, bukannya dengan debat beragama. Membuat inovasi-inovasi
tandingan untuk menjawab tantangan yang ditawarkan umat kafir, dan tentu saja
dengan membumikan ajaran Islam yang hari ini sempat mengambang. Karena jika
saja tetap begini, umuat muslim tidak akan pernah bisa lagi mengibarkan bendera
peradaban karena sebagaimana firman Allah “…Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib sesuatu kaum kecuali
mereka sendiri yang merubahnya” (QS. Ar-Rad : 11).
Akhirnya semua kembali lagi pada diri masing-masing, karena
seberapapun massif nya suatu umat dalam usaha mencapai suatu tujuan , kalaulah
tanpa membenahi diri dan memantaskan diri, semuanya menjadi mimpi belaka.
Akhirnya sebuah pemikiran yang sempat bertengger di kepala
bisa dihalamankan Alhamdulillah.
Untuk semua kekhilafan penulis harap ditegur saja, karena
saya sendiri tidaklah lain adalah sedang belajar. Belajar lebih memahami-Nya.
Mari diskusi :)
Selesai.
Referensi Bacaan:
Efha, Aang. 2011. Akulah Setan, Anda Siapa? Pledoi Setan Atas Citra Kesesatannya. Yogyakarta. Pusaka Pesantren
Efha, Aang. 2011. Akulah Setan, Anda Siapa? Pledoi Setan Atas Citra Kesesatannya. Yogyakarta. Pusaka Pesantren
GK, Tasaro. 2011. Muhammad. Para Pengeja Hujan. Yogyakarta.
Penerbit Bentang
Hidayat, Komarudin. 2012. Agama Punya Seribu Nyawa. Jakarta. Noura Books
http://media.isnet.org/islam/Etc/Racun.html
Rais, Hanum S. & Rangga Halmahera. 2011. 99 Cahaya di Langit Eropa. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
Hidayat, Komarudin. 2012. Agama Punya Seribu Nyawa. Jakarta. Noura Books
http://media.isnet.org/islam/Etc/Racun.html
Rais, Hanum S. & Rangga Halmahera. 2011. 99 Cahaya di Langit Eropa. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
Siauw, Felix Y. 2011. Muhammad Al-Fatih 1453. Jakarta. Khilafah Press
0 comments:
Posting Komentar