Di suatu malam, bercerita dia kepada temannya, tentang keluh
kesahnya, tentang kebingungannya
Tentang janji yang terlanjur terpatri. Dia harus sucikan
Tuhannya, muliakan Sang Penciptanya.
Mudah saja awalnya, mengajak dan membisikan hal yang
menyenangkan, mudah memang. Tugasnya terlaksana.
Tak perlu berteriak, atau dengan suara lantang, bisikan saja
sudah cukup intim.
Bisiknya, tentang menjadi apa yang kita cita-citakan, dalam
lamunan, dalam impian.
Bisiknya, tentang bekerja dengan peluh dan keringat, tak masalah,dan tidak jadi masalah hari kita dihabiskan untuk
berkerja.
Bisiknya, tentang kekayaan,
tentang dunia dan seisinya yang bisa jadi milik kita, atau mungkin milik
“aku” saja.
Ungkapnya, tentang menjalankan ibadah kepada Tuhan dengan
tulus, tak perlu repot dengan kiri dan kanan, yang penting ritual dengan Tuhan
terlaksana. Hanya dengan Tuhan.
Tak masalah, dan bukan masalah. Dia hanya mencari teman yang
sejalan dengannya, karena sebuah hak adalah milik mereka yang menyatakan telah
merdeka. Dan mereka, merdeka.
Dan jika kamu sendirian, tak perlu resah, dia pasti datang
mengunjungimu, dan tak perlulah kamu minta. Depan, belakang, kiri, kanan, dia
ada untukmu.
Dan dia, adalah musuh yang nyata bagi manusia.
0 comments:
Posting Komentar