Sekedar Report: BakSil Kembali Menangis.

12 Februari 2013 0 comments


Jembatan Layang/Gantung Baksil
Setelah memulai “perang” baik secara gerilya dan terang-terangan dari tahun 2008 dengan para pemilik modal yang menginginkan alih fungsi lahan hutan kota, ternyata sekali lagi, hutan kota Babakan Siliwangi belum benar-benar “menang”. Hutan Kota Babakan Siliwangi yang sudah dideklarasikan pada tahun 2011 sebagai Hutan Kota Dunia (World City Forrest) oleh UNEP dalam program TUNZAnya, yang dihadiri oleh segenap pemerintah kota dan  Walikota Bandung, hari ini digemparkan lagi dengan berseminya wacana lama mengenai alih fungsi kawasan paru-paru kota itu. Aksi Reclaim yang dilakukan oleh masyarakat Kota Bandung dalam bentuk kegiatan-kegiatan penyelamatan hutan kota Babakan Siliwangi oleh komunitas ternyata belum tuntas menghapus bayang-bayang para pemilik modal. Walaupun belum ada tindakan nyata dari perusahaan terkait namun tersiar kabar bahwa pemkot pro terhadap rencana pembangungan ini.


Kondisi beberapa sisi lantai jembatan
Selain adanya isu miring tersebut ternyata dalam warisan fisik yang ditinggalkan oleh program TUNZA lewat sayembara revitalisasi Hutan Kota Baksil (Babakan Siliwangi) yaitu berupa jembatan layang (atau gantung) untuk para pejalan kaki ini tidak dikelola dengan baik. Fasilitas yang diperuntukan bagi masyarakat yang ingin menikmati suasana hutan baksil ini banyak yang rusak. Jembatan yang memadukan konstruksi dari bahan besi dan kayu damar sebagai lantainya, dalam perkembangannya malah banyak disalah-gunakan oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab. Banyak dari kayu yang dijadikan lantai jembatan tersebut malah diambil, akhirnya banyak sisi sisi jembatan yang bolong. Di sisi lain kurangnya pengelolaan yang baik akhirnya malah menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk melancarkan aksi kriminal dan kegiatan yang melanggar norma-norma sosial. Kondisi terakhir yang saya lihat di kawasan revitalisasi Hutan Babakan Siliwangi ini, selain yang sudah dijelaskan sebelumnya, banyak pula sampah-sampah yang bertebaran di dasar jembatan.


"tempat sampah" yang salah
Pengelolaan yang diserahkan kepada pemkot setelah diadakan deklarasi Hutan Kota Dunia dan pembangunan jembatan ternyata belum sesuai yang diharapkan, padahal jika pemkot kesulitan dalam pengelolaannya, pemkot bisa mengajak dan mengikut-sertakan komunitas-komunitas dan masyarakat sekitar dalam pengelolaannya. Di sisi lain pula kurangnya kesadaran masyarakat kota mengenai kebersihan dan kelangsungan kelestarian kawasan ini juga membuat adanya tindakan yang saling menyalahkan antara pemerintah dan masyarakat (juga dengan komunitas). Walaupun sudah ada upaya peremajaan fasilitas umum ini, namun jika masih kurangnya kesadaran semua pihak dan kurangnya sistem pengelolaan yang baik, maka pelestarian hutan kota yang sudah memiliki predikat hutan kota dunia ini hanyalah sekedar wacana, dan perjuangan yang sudah berlangsung lama bisa jadi sia-sia saja, apalagi hutan kota dunia ini adalah salah satu model percontohan baik untuk kota-kota di Indonesia, dan juga untuk kota-kota di dunia.



"OUR CITY IS OUR RESPONSIBILITY!"



0 comments:

Posting Komentar