|
Jembatan Layang/Gantung Baksil |
Setelah memulai “perang” baik secara gerilya dan
terang-terangan dari tahun 2008 dengan para pemilik modal yang menginginkan alih
fungsi lahan hutan kota, ternyata sekali lagi, hutan kota Babakan Siliwangi
belum benar-benar “menang”. Hutan Kota Babakan Siliwangi yang sudah dideklarasikan
pada tahun 2011 sebagai Hutan Kota Dunia (
World City Forrest) oleh UNEP dalam
program TUNZAnya, yang dihadiri oleh segenap pemerintah kota dan
Walikota Bandung, hari ini digemparkan lagi
dengan berseminya wacana lama mengenai alih fungsi kawasan paru-paru kota itu. Aksi
Reclaim yang dilakukan oleh masyarakat Kota Bandung dalam bentuk
kegiatan-kegiatan penyelamatan hutan kota Babakan Siliwangi oleh komunitas ternyata
belum tuntas menghapus bayang-bayang para pemilik modal. Walaupun belum ada
tindakan nyata dari perusahaan terkait namun tersiar kabar bahwa pemkot pro
terhadap rencana pembangungan ini.
|
Kondisi beberapa sisi lantai jembatan |
Selain adanya isu miring tersebut ternyata dalam warisan
fisik yang ditinggalkan oleh program TUNZA lewat sayembara revitalisasi Hutan
Kota Baksil (Babakan Siliwangi) yaitu berupa jembatan layang (atau gantung)
untuk para pejalan kaki ini tidak dikelola dengan baik. Fasilitas yang
diperuntukan bagi masyarakat yang ingin menikmati suasana hutan baksil ini
banyak yang rusak. Jembatan yang memadukan konstruksi dari bahan besi dan kayu damar
sebagai lantainya, dalam perkembangannya malah banyak disalah-gunakan oleh
tangan-tangan tak bertanggung jawab. Banyak dari kayu yang dijadikan lantai
jembatan tersebut malah diambil, akhirnya banyak sisi sisi jembatan yang
bolong. Di sisi lain kurangnya pengelolaan yang baik akhirnya malah menjadikan
tempat ini sebagai tempat untuk melancarkan aksi kriminal dan kegiatan yang
melanggar norma-norma sosial. Kondisi terakhir yang saya lihat di kawasan
revitalisasi Hutan Babakan Siliwangi ini, selain yang sudah dijelaskan
sebelumnya, banyak pula sampah-sampah yang bertebaran di dasar jembatan.
|
"tempat sampah" yang salah |
Pengelolaan yang diserahkan kepada pemkot setelah diadakan
deklarasi Hutan Kota Dunia dan pembangunan jembatan ternyata belum sesuai yang
diharapkan, padahal jika pemkot kesulitan dalam pengelolaannya, pemkot bisa
mengajak dan mengikut-sertakan komunitas-komunitas dan masyarakat sekitar dalam
pengelolaannya. Di sisi lain pula kurangnya kesadaran masyarakat kota mengenai
kebersihan dan kelangsungan kelestarian kawasan ini juga membuat adanya
tindakan yang saling menyalahkan antara pemerintah dan masyarakat (juga dengan
komunitas). Walaupun sudah ada upaya peremajaan fasilitas umum ini, namun jika
masih kurangnya kesadaran semua pihak dan kurangnya sistem pengelolaan yang baik, maka
pelestarian hutan kota yang sudah memiliki predikat hutan kota dunia ini
hanyalah sekedar wacana, dan perjuangan yang sudah berlangsung lama bisa jadi
sia-sia saja, apalagi hutan kota dunia ini adalah salah satu model percontohan
baik untuk kota-kota di Indonesia, dan juga untuk kota-kota di dunia.
"OUR CITY IS OUR RESPONSIBILITY!"
0 comments:
Posting Komentar