Di Ketinggian 791 mdpl.

8 Februari 2013 0 comments

Ini hari ke 3 saya berada di “pengasingan”, berbeda dengan tanah jawa atau jowo, saya sekarang berada di bagian jawa sebelah barat, biasa disebut ranah Pasundan katanya. Hal yang paling signifikan berbeda jika kita memasuki daerah Jawa Barat –selain bahasa dan budaya- adalah, banyak jalan berlikunya jika dibandingkan daerah Jawa Tengah atau Timur.

Dengan dalih mengumpulkan data demi sebuah “kitab suci” yang sudah saya ceritakan sebelumnya di sini, saya mencoba beranjak dari kemalasan saya. Di ketinggian 791 ini ternyata membuat saya harus men-adaptasi-kan lagi hidung saya yang sebelumnya terbiasa dengan udara panas Yogyakarta.

Ibukota Priangan, ibukota Jawa Barat yang sudah cukup terkenal di Nusantara, yang katanya merupakan kota kreatif Indonesia, sebuah kota yang digagas oleh British Council di tahun 2007 sebagai pilot project kota kreatif se Asia-Pasifik. Tentu saja banyak yang mendeskripsikan kota yang beranjak mengikuti Jakarta ini, ada yang menyebutnya kota kembang, kota pelajar, kota kreatif, kota fashion sampai dengan kota “nu gareulis” (kota dengan wanita yang cantik-cantik), terserahlah, tp tentang kota “nu gareulis”, setidaknya saya tidak sedang mencari jodoh disini, setidaknya bukan hari ini #eh :D, mungkin tepatnya sedang mencari jodoh tentang komunitas kreatif yang marak bermukim di Kota Bandung ini.

Bicara Kota Bandung ini, bicara tentang tata kotanya, mungkin bisa dibilang masih belum baik, tapi setidaknya disini hampir di setiap jalan, selalu saya temui pohon besar, pohon yang mungkin lebih tua usianya dari saya sendiri, sesuatu yang bagi saya merupakan sebuah keindahan dan angin segar diantara isu maraknya penebangan pohon dengan dalih pembangunan. Di sisi lain ada lagi yang membuat saya terpukau, yaitu semangat masyarakatnya dalam ikut serta membenahi Kota Bandung, baik dari sisi masalah perkotaannya, sampai kepada masalah perekonomiannya. Mereka membentuk komunitas. Komunitas-komunitas ini biasa disebut dengan komunitas kreatif, kerjaannya macam-macam, ada yang sibuk mengurusi taman kota, ada yang sibuk mengurusi pembuatan film yang unik, ada yang asik mengurusi fotografi dengan cara yang kurang lazim, ada yang membuat robot dari bahan-bahan bekas, ada yang asik di dunia clothing, ada juga yang sampai jungkir balik mencitpakan music yang inovatif, sampai ada juga komunitas yang kerjaannya diskusi mengenai bagaimana caranya menciptakan perekonomian kreatif di kota ini, ragam macamnya, terlalu jamak dan heterogen. Disini saya disuguhkan dengan keberagaman ide yang dibiarkan saja berkembang dengan jalur yang positif, sehingga hasilnya adalah beragam ide-ide dan produk-produk “gila” yang kreatif dan inovatif.

Salah satu punggawa komunitas kreatif yang concern terhadap isu perkotaan sempat memberikan visinya, bahwa kreativitas itu bisa tercipta dari ruang-ruang yang inovatif, sedangkan ruang-ruang inovatif itu adalah ruang public, maka dari itu kita perlu memikirkan bagaimana caranya untuk menciptakan ruang publik semenarik dan se-inovatif mungkin, agar masyarakat bisa secara massive menjadi masyarakat yang kreatif.

Banyaknya bangunan dengan arsitektur kuno yang masih dipertahankan, wisata kulinernya yang bukan main beragam, inovasi-inovasi produk yang bikin “geleng-gelen”, membuat saya banyak belajar dari sini tentang bagaimana masyarakat kota ini bisa begitu cinta dengan kotanya, hanya dengan  satu kata kunci yang bisa merekatkan berbagai lapisan masyarakatnya, baik komunitas, kelompok, individu atau yang lainnya, yaitu, “BANDUNG”.

0 comments:

Posting Komentar