Ini hari ke 3 saya berada di “pengasingan”, berbeda dengan
tanah jawa atau jowo, saya sekarang berada di bagian jawa sebelah barat, biasa
disebut ranah Pasundan katanya. Hal yang paling signifikan berbeda jika kita memasuki daerah
Jawa Barat –selain bahasa dan budaya- adalah, banyak jalan berlikunya jika
dibandingkan daerah Jawa Tengah atau Timur.
Ibukota Priangan, ibukota Jawa Barat yang sudah cukup
terkenal di Nusantara, yang katanya merupakan kota kreatif Indonesia, sebuah
kota yang digagas oleh British Council di tahun 2007 sebagai pilot project kota kreatif se
Asia-Pasifik. Tentu saja banyak yang mendeskripsikan kota yang beranjak
mengikuti Jakarta ini, ada yang menyebutnya kota kembang, kota pelajar, kota
kreatif, kota fashion sampai dengan kota “nu gareulis” (kota dengan wanita yang
cantik-cantik), terserahlah, tp tentang kota “nu gareulis”, setidaknya saya
tidak sedang mencari jodoh disini, setidaknya bukan hari ini #eh :D, mungkin
tepatnya sedang mencari jodoh tentang komunitas kreatif yang marak bermukim di
Kota Bandung ini.
Bicara Kota Bandung ini, bicara tentang tata kotanya,
mungkin bisa dibilang masih belum baik, tapi setidaknya disini hampir di setiap
jalan, selalu saya temui pohon besar, pohon yang mungkin lebih tua usianya dari
saya sendiri, sesuatu yang bagi saya merupakan sebuah keindahan dan angin segar
diantara isu maraknya penebangan pohon dengan dalih pembangunan. Di sisi lain
ada lagi yang membuat saya terpukau, yaitu semangat masyarakatnya dalam ikut
serta membenahi Kota Bandung, baik dari sisi masalah perkotaannya, sampai
kepada masalah perekonomiannya. Mereka membentuk komunitas. Komunitas-komunitas
ini biasa disebut dengan komunitas kreatif, kerjaannya macam-macam, ada yang
sibuk mengurusi taman kota, ada yang sibuk mengurusi pembuatan film yang unik,
ada yang asik mengurusi fotografi dengan cara yang kurang lazim, ada yang
membuat robot dari bahan-bahan bekas, ada yang asik di dunia clothing, ada juga
yang sampai jungkir balik mencitpakan music yang inovatif, sampai ada juga
komunitas yang kerjaannya diskusi mengenai bagaimana caranya menciptakan
perekonomian kreatif di kota ini, ragam macamnya, terlalu jamak dan heterogen. Disini
saya disuguhkan dengan keberagaman ide yang dibiarkan saja berkembang dengan
jalur yang positif, sehingga hasilnya adalah beragam ide-ide dan produk-produk “gila”
yang kreatif dan inovatif.
Salah satu punggawa komunitas kreatif yang concern terhadap isu perkotaan sempat
memberikan visinya, bahwa kreativitas itu bisa tercipta dari ruang-ruang yang
inovatif, sedangkan ruang-ruang inovatif itu adalah ruang public, maka dari itu
kita perlu memikirkan bagaimana caranya untuk menciptakan ruang publik semenarik
dan se-inovatif mungkin, agar masyarakat bisa secara massive menjadi masyarakat yang kreatif.
Banyaknya bangunan dengan arsitektur kuno yang masih
dipertahankan, wisata kulinernya yang bukan main beragam, inovasi-inovasi
produk yang bikin “geleng-gelen”, membuat saya banyak belajar dari sini tentang
bagaimana masyarakat kota ini bisa begitu cinta dengan kotanya, hanya dengan satu kata kunci yang bisa merekatkan berbagai
lapisan masyarakatnya, baik komunitas, kelompok, individu atau yang lainnya,
yaitu, “BANDUNG”.
0 comments:
Posting Komentar