From Bandung to Jogja (2): Transportasi

26 Maret 2014 0 comments

Jika para pembaca sempat melihat kembali beberapa tulisan terakhir mengenai ide dan harapan tentang pembangunan. Maka atas dasar problema tersebut akhirnya muncul beberapa mimpi dari saya pribadi yang mungkin saja bisa diterapkan di Jogja, dan beberapa kota lainnya.

Optimalisasi Kualitas, Kuantitas, dan Inovasi Moda Transportasi Masal

http://lh6.ggpht.com/
Transportasi dapat diartikan sebagai upaya untuk memindahkan manusia/barang dari satu tempat ke tempat lain. Pada kasus trasnportasi perkotaan di Indonesia, paradigma mengenai transportasi mulai bergeser bukan lagi pada upaya untuk memindahkan manusia dari satu tempat ke tempat lain, namun yang terjadi saat ini lebih kepada upaya untuk memindahkan kendaraan transportasi (umumnya kendaraan pribadi) dari satu tempat ke tempat lain. Akibatnya, terjadi penumpukan alat transportasi pribadi (kendaraan pribadi) yang menimbulkan kemacetan dan terhambatnya distribusi manusia/barang.

Pada skala kota yang sudah menjadi kota metropolitan, perbaikan dan peningkatan kapasitas pelayanan moda transportasi publik merupakan sesuatu yang sangat penting. Transportasi pada perkotaan dapat kita ibaratkan dengan sirkulasi pada tubuh manusia, saat sirkulasinya tersendat/terhambat, maka akan terjadi “stroke”. Hal ini serupa dengan yang terjadi di perkotaan, saat sirkulasi transportasinya macet, maka akan berpengaruh pada menurunnya fungsi pada sektor-sektor penting, terutama perekonomian.  Dengan melihat hal tersebut, mobilitas masyarakat perkotaan yang tinggi perlu diakomodasi dengan penyediaan layanan transportasi publik yang cepat, nyaman, aman, efektif, efisien dan ramah lingkungan. Perpindahan manusia yang tersendat dikarenakan arus lalu lintas yang terlalu padat sehingga menimbulkan kemacetan, dan rendahnya disiplin berkendara masyarakat, selanjutnya dapat menjadi salah satu faktor yang cukup berpengaruh besar terhadap psikis dari masyarakat kota. Meningkatnya tingkat stress masyarakat di jalan raya sebelum dan sesudah melakukan aktivitasnya dapat menciptakan masyarakat kota yang “sakit”, yaitu salah satunya adalah hilangnya keramahan masyarakat yang ditandai dengan masyarakat yang mudah marah.

Tidak bisa tidak, penyediaan moda transportasi modern merupakan kebutuhan yang sangat penting guna meningkatkan kualitas dan percepatan pertumbuhan ekonomi kota, terutama dalam persaingan global. Transportasi masal yang saling terintegrasi (Transit Oriented Development) merupakan salah satu kiblat utama dalam perencanaan transportasi khususnya di daerah perkotaan saat ini. Karena dengan semakin terintegrasinya antar moda transportasi dan rekayasa tata guna lahan maka jarak dan waktu yang digunakan akan semakin efisien dan efektif.

Di sisi lain, penyediaan transportasi publik yang baik seharusnya tidak hanya semata-mata dikembangkan di area perkotaan saja, namun juga pada daerah atau pedesaan. Minimnya akses menuju daerah atau pedesaan menjadi salah satu kendala yang cukup penting untuk diperhatikan. Sulitnya akses transportasi (baik sarana dan prasarana) dapat menghambat potensi dan daya dukung daerah atau desa terhadap kota. Daerah atau desa, merupakan pendukung kegiatan perkotaan dengan menyuplai hasil sumberdaya alam untuk kemudian diolah lebih lanjut di kota. Dengan akses transportasi yang buruk, maka pengolahan hasil sumberdaya tersebut akan terhambat dan produksi melambat. Sehingga dapat mempengaruhi sektor ekonomi dan daya saing suatu kota baik pada tingkat lokal dan global. Selain itu, Jogjakarta sebagai kota yang menjadi salah satu destinasi wisata terbesar di Indonesia, banyaknya potensi wisata yang terdapat di area pedesaan harus dapat diakomodasi oleh kemudahan transportasi publik yang menjangkaunya. Karena jika hal ini tidak di kelola dan direncanakan dengan baik, maka potensi wisata yang terdapat di Jogjakarta tidak akan optimal menyerap wisatawan baik asing maupun lokal.

Optimalisasi penyediaan transportasi publik merupakan kebutuhan yang wajib diakomodir oleh pemerintah. Dimana dalam prekteknya pemerintah dapat melakukan kerjasama baik lokal maupun internasional untuk sektor pendanaannya. Beberapa hasil dari contoh kerjasama dapat berupa bantuan asing, hibah atau pinjaman dana atau dengan dana swasta melalui program CSR (Coorporate Social Responsibiliy).

http://1.bp.blogspot.com/

Tantangan dalam mebenahi dan menyediakan transportasi publik yang baik untuk masyarakat dan juga ramah bagi lingkungan memerlukan inovasi dan kolaborasi dari semua pihak. Beberapa saran dari hasil kontemplasi yang saya lakukan adalah sebagai berikut:
  • Penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang baik harus dilaksanakan terlebih dahulu sehingga masyarakat dapat mulai terbiasa menggunakan fasilitas yang ada. Disisi lain, dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi guna mendapatkan respon dari pengguna fasilitas transportasi tersebut.
  •  Selain menyediakan, sebaiknya pemerintah memberikan beberapa pilihan moda transportasi, sehingga masyarakat dapat memilih moda transportasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Disamping itu, dengan banyaknya pilihan moda tranportasi yang disediakan, akan turut mempengaruhi minat masyarakat untuk memilih menggunakan moda transportasi publik daripada menggunakan kendaraan pribadi.
  • Inovasi-inovasi mengenai transportasi yang banyak dihasilkan dari akademisi sebaiknya diapresiasi dengan penerapan yang dikolaborasikan bersama praktisi dibawah pengawasan pemerintah. (misalnya: pengendalian lalu lintas melalui mekanisme parkir, rekayasa lalu lintas, inovasi jembatan penyebrangan, dsb)
  • Perlu adanya intervensi sosial  untuk merubah pardigma “kendaraan pribadi merupakan cermin dari kesuksesan dan lambang prestise seseorang” menjadi pemahaman bahwa masyarakat kota adalah masyarakat yang menggunakan fasilitas publik.
  • Peninjauan ulang regulasi penjualan kendaraan pribadi dari sektor private.
Terciptanya kota yang nyaman merupakan tugas dan kewajiban dari setiap manusia yang tinggal dan menggantungkan hidupnya pada kota tersebut.


Bersambung...

0 comments:

Posting Komentar