Bicara Jogja, siapa yang tidak kenal kota Gudeg ini? Selain dikenal
sebagai kota Gudeg, Yogyakarta juga terkenal dengan wisata budaya dan Alamnya. Namun
sayang kiranya kalau semua potensi tersebut tidak dikemas dan dikelola secara
baik. Jika melihat dari jumlah penduduknya, pada tahun 2013 jumlah penduduk Provinsi DI Yogyakarta sebanyak 3.457.491
jiwa, mencakup penduduk yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak
2.297.261 jiwa (66,44 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak
1.160.230 jiwa (33,56 persen). Hal ini mengindikasikan pertumbuhan
kota Yogyakarta jauh berkembang pesat, dimana sebanyak 66,55% masyarakatnya
memilih untuk tinggal di area perkotaan. Melihat perkembangan Kota Yogyakarta
yang berada pada kelas kota metropolitan, yaitu sudah melebihi angka 1 juta
jiwa, maka hal yang perlu diperhatikan selain masalah alih fungsi lahan terbuka
menjadi lahan terbangun, adalah masalah transportasi.
tribunnews.com |
Penyediaan transportasi umum di
Yogyakarta dinilai masih amat minim untuk menjangkau kawasan-kawasan yang
sebetulnya memiliki potensi besar. Penyediaan transportasi umum yang cukup
memadai baru sebatas pada lingkar perkotaan saja,belum sampai merambah pada area
pedesaan, padahal banyak potensi wisata alam yang malahan berada di daerah
pedesaan Yogyakarta. Sulitnya akses transportasi umum yang mudah, murah dan
memadai akhirnya menciptakan pola transportasi baru, yaitu penyewaan kendaraan
bermotor, baik mobil ataupun sepeda motor. Walaupun hal ini dapat meningkatkan
geliat perekonomian, namun di sisi lain hal ini menjadi salah satu problema
transportasi. Dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1, 04% per tahun di
tambah tingginya arus pariwisata di Kota Yogyakarta dengan rata-rata jumlah
wisatawan baik asing maupun dalam negeri mencapai 2 juta jiwa per tahunnya,
maka mobilitas penduduk menjadi salah satu masalah yang serius.
Kepala Dinas Bidang Penganggaran DPKAD DIY, Gamal Suwantoro
menyebutkan, jumlah kendaraan bermotor berplat AB di DIY pada tahun 2010
mencapai 1,15 juta kendaraan, pada tahun 2011 tercatat 1,27 juta kendaraan,
kemudian naik menjadi 1,43 juta kendaraan. Sedangkan untuk tahun 2013 jumlah
kendaraan bermotor di DIY mencapai lebih dari 1,6 juta kendaraan. Perbandingan
jumlah kendaraan bermotor di Yogyakarta adalah mobil sebesar 15 persen
sedangkan motor sebesar 85 persen dari jumlah total kendaraan setiap tahunnya. Maka
tidak heran jika survey yang dilakukan oleh beberapa ahli
di bidang transportasi menyebutkan pada tahun 2015 diperkirakan Yogyakarta akan
mengalami macet total.
http://1.bp.blogspot.com |
Disamping permasalahan transportasi, imbas yang dihasilkan dari
emisi gas buang kendaraan bermotor adalah timbulnya polusi udara. Komite
Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) menyebutkan bahwa pencemaran udara di Kota Jogja sudah melampaui batas baku mutu keamanan udara untuk kesehatan
masyarakat. Sesuai data yang dilansir Kementerian Lingkungan Hidup, kandungan
pencemaran udara di Kota Jogjaa sudah mencapai 105 micro gram per meter kubik.
Ukuran tersebut, menandakan sudah berada pada atas baku mutu yang ditetapkan
WHO, sedangkan standarisasi baku mutu udara menurut WHO adalah 50 micro gram
per /meter kubik dengan kandungan partikel debu. Standarisasi itu, ditetapkan
dengan pertimbangan dampak kesehatan bagi masyarakat pengguna udara.
Jika melihat tren pembangunan kota-kota di Dunia yang sudah mengarah
kepada pembangunan berkelantukan, yaitu pembangunan yang berorientasi kepada
generasi yang akan datang namun juga melakukan pembangunan secara optimal pada saat
ini. Pembangunan berkelanjutakn menekankan pada 3 pilar utama yaitu ekonomi,
sosial dan lingkungan. Namun jika melihat pembangunan yang terjadi di
Indonesia, hal yang terjadi dirasa masih terlalu jauh dari cita-cita tersebut,
dimana isu degradasi lingkungan masih
dipandang sebelah mata dan dianggap hal sepele, padahal kita selalu hidup
berdampingan bersama alam, dengan segala siklus alaminya.
Referensi
Bersambung...
0 comments:
Posting Komentar