From Bandung to Jogja (1): Selayang Pandang

20 Januari 2014 0 comments

Sebenernya bukan melulu brainstorming dari Bandung sih, tapi ya biar kece aja hehe. Setidaknya banyak ide yang bisa diserap dari kota Kembang itu. Baiklah, kalau tulisan sebelumnya berisi tentang studi terhadap komunitas kreatif di Bandung yang sukses menjadi pionir bike sharing pertama di Indonesia, maka tulisan kali ini akan lebih berisi tentang cita-cita dan harapan saya terhadap kota pelajar yang tidak bisa dipungkiri banyak memberi pelajaran hidup bagi saya di 4 tahun terakhir ini, Yogyakarta.


Bicara Jogja, siapa yang tidak kenal kota Gudeg ini? Selain dikenal sebagai kota Gudeg, Yogyakarta juga terkenal dengan wisata budaya dan Alamnya. Namun sayang kiranya kalau semua potensi tersebut tidak dikemas dan dikelola secara baik. Jika melihat dari jumlah penduduknya, pada tahun 2013 jumlah penduduk Provinsi DI Yogyakarta sebanyak 3.457.491 jiwa, mencakup penduduk yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 2.297.261 jiwa (66,44 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 1.160.230 jiwa (33,56 persen). Hal ini mengindikasikan pertumbuhan kota Yogyakarta jauh berkembang pesat, dimana sebanyak 66,55% masyarakatnya memilih untuk tinggal di area perkotaan. Melihat perkembangan Kota Yogyakarta yang berada pada kelas kota metropolitan, yaitu sudah melebihi angka 1 juta jiwa, maka hal yang perlu diperhatikan selain masalah alih fungsi lahan terbuka menjadi lahan terbangun, adalah masalah transportasi. 

tribunnews.com
Penyediaan transportasi umum di Yogyakarta dinilai masih amat minim untuk menjangkau kawasan-kawasan yang sebetulnya memiliki potensi besar. Penyediaan transportasi umum yang cukup memadai baru sebatas pada lingkar perkotaan saja,belum sampai merambah pada area pedesaan, padahal banyak potensi wisata alam yang malahan berada di daerah pedesaan Yogyakarta. Sulitnya akses transportasi umum yang mudah, murah dan memadai akhirnya menciptakan pola transportasi baru, yaitu penyewaan kendaraan bermotor, baik mobil ataupun sepeda motor. Walaupun hal ini dapat meningkatkan geliat perekonomian, namun di sisi lain hal ini menjadi salah satu problema transportasi. Dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1, 04% per tahun di tambah tingginya arus pariwisata di Kota Yogyakarta dengan rata-rata jumlah wisatawan baik asing maupun dalam negeri mencapai 2 juta jiwa per tahunnya, maka mobilitas penduduk menjadi salah satu masalah yang serius.

Kepala Dinas Bidang Penganggaran DPKAD DIY, Gamal Suwantoro menyebutkan, jumlah kendaraan bermotor berplat AB di DIY pada tahun 2010 mencapai 1,15 juta kendaraan, pada tahun 2011 tercatat 1,27 juta kendaraan, kemudian naik menjadi 1,43 juta kendaraan. Sedangkan untuk tahun 2013 jumlah kendaraan bermotor di DIY mencapai lebih dari 1,6 juta kendaraan. Perbandingan jumlah kendaraan bermotor di Yogyakarta adalah mobil sebesar 15 persen sedangkan motor sebesar 85 persen dari jumlah total kendaraan setiap tahunnya. Maka tidak heran jika survey yang dilakukan oleh beberapa ahli di bidang transportasi menyebutkan pada tahun 2015 diperkirakan Yogyakarta akan mengalami macet total.

http://1.bp.blogspot.com
Disamping permasalahan transportasi, imbas yang dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan bermotor adalah timbulnya polusi udara. Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) menyebutkan bahwa pencemaran udara di Kota Jogja sudah melampaui batas baku mutu keamanan udara untuk kesehatan masyarakat. Sesuai data yang dilansir Kementerian Lingkungan Hidup, kandungan pencemaran udara di Kota Jogjaa sudah mencapai 105 micro gram per meter kubik. Ukuran tersebut, menandakan sudah berada pada atas baku mutu yang ditetapkan WHO, sedangkan standarisasi baku mutu udara menurut WHO adalah 50 micro gram per /meter kubik dengan kandungan partikel debu. Standarisasi itu, ditetapkan dengan pertimbangan dampak kesehatan bagi masyarakat pengguna udara.

Jika melihat tren pembangunan kota-kota di Dunia yang sudah mengarah kepada pembangunan berkelantukan, yaitu pembangunan yang berorientasi kepada generasi yang akan datang namun juga melakukan pembangunan secara optimal pada saat ini. Pembangunan berkelanjutakn menekankan pada 3 pilar utama yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Namun jika melihat pembangunan yang terjadi di Indonesia, hal yang terjadi dirasa masih terlalu jauh dari cita-cita tersebut, dimana isu degradasi lingkungan masih dipandang sebelah mata dan dianggap hal sepele, padahal kita selalu hidup berdampingan bersama alam, dengan segala siklus alaminya.


Referensi


Bersambung...


0 comments:

Posting Komentar